RADIO TJAWANG

Berbicara tentang sejarah dan perkembangan Industri Radio di Indonesia, tidak lepas dari visi warisan Alm. Drs. Thayeb Mohammad Gobel. Di awali pada 1954 beliau bekerja di sebuah perusahaan bernama Perseroan Dagang Nasional BEHRING NV, yang bergerak di berbagai bidang. Perusahaan ini sekalipun kecil-kecilan, sudah melakukan perakitan radio dengan komponen impor dari Austria. Disinilah pertama kali beliau mengenal dunia elektronika.

Sementara itu menancap dalam ingatannya, pidato Presiden Soekarno, yang isinya memberikan gambaran bahwa di Indonesia yang merdeka ini, para petani-pun jauh di pedesaan, di lembah-lembah gunung di seluruh Indonesia ini harus menikmati adanya Radio, lemari es dan sebagainya. Pidato Bung Karno ini mengusik pikirannya dan menjadi inspirasi baginya untuk mendirikan sendiri pabrik radio. Sebagai bangsa yang baru merdeka, beliau merasakan bahwa Indonesia sangat memerlukan sarana komunikasi yang efektif agar pesan-pesan para pemimpin bangsa bisa cepat sampai ke masyarakat luas.

Didasari semangat kebangsaan dan pemikiran untuk berbakti kepada negara melalui industri, pada tahun 1956, Alm. Drs. Thayeb Mohammad Gobel mendirikan PT. Transistor Radio Manufacturing Co., yang memproduksi radio transistor, dengan merek “Transistor” dan juga “Tjawang”. Keberadaan radio transistor yang dioperasikan dengan batu baterai ini membawa perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang terpencar di pelbagai pulau, dengan kondisi masyarakat waktu itu dimana fasilitas listrik masih belum merata dan infrastruktur perhubungan masih sangat terbatas. Disamping harganya terjangkau, sehingga banyak rakyat bisa menikmatinya, radio transistor ini dapat menangkap siaran pemerintah di seluruh pelosok negeri, sehingga dapat menjadi alat efektif untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam suatu kesempatan Presiden Soekarno bertanya kepada Thayeb Gobel, “Mengapa memilih usaha radio transistor?” Jawabnya, “Supaya pidato Bapak dapat sampai kepada orang-orang di desa, di tempat yang jauh terpencil, di kaki gunung, di pulau-pulau, meskipun di tempat-tempat tersebut belum ada listrik, Pak”. Sekitar satu juta unit radio transistor “Transistor” dan “Tjawang” berhasil diproduksi dan dipasarkan dalam kurun waktu 1956-1964.

Pada tahun 1957, Thayeb Gobel bertemu pertama kali dengan Bapak Konosuke Matsushita pendiri Matsushita Electric Industrial Co., Ltd., namun hubungan kerjasama teknis baru terjalin pada tahun 1960. Penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta, membawa kemajuan bagi PT. Transistor

Radio Manufacturing Co. Ltd. Perusahaan ini bersama Leppin Karya Yasa ditunjuk untuk memproduksi 10.000 unit pesawat televisi hitam putih guna mendukung siaran Asian Games IV. Memanfaatkan kerjasama teknis dengan Matsushita Electric Industrial Co., Ltd., produksi pesawat televisi hitam putih pertama di Indonesia ini berhasil dirampungkan. Kerjasama tersebut terus berkembang hingga berdirinya perusahaan patungan PT. National Gobel (sekarang PT. Panasonic Manufacturing Indonesia) di tahun 1970, selaras dengan kebijakan pemerintah waktu itu yang membuka kesempatan masuknya PMA.

Hingga kini produksi radio transistor di PT.Panasonic Manufacturing Indonesia masih terus berjalan bahkan terus berkembang. Pada 2008 bekerjasama dengan PT. Kriya Nusantara, dimulai riset untuk menghadirkan “Cawang-Art Radio”, suatu produk kreatif berbasis elektronika dan budaya, yang seluruh desainnya mengadopsi kekayaan ragam hias Nusantara sebagai nilai tambah terpenting pada produk tersebut. Setelah melalui masa riset, pada 2013 ini “Cawang-Art Radio” siap diluncurkan, sebagai ikon produk nasional yang memiliki nilai ekonomis yang patut diperhitungkan.



Drs. Thayeb Mohammad Gobel
Founder PT. Transistor Radio Manufacturing Co. Tahun 1956


Radio Behring
produksi NV Behring,
perusahaan radio tempat
Bapak Thayeb Mohammad Gobel bekerja sebelum mendirikan perusahaan radio

Radio Cawang
produksi tahun 1973
PT National Gobel